Tuesday, September 1, 2020

Sri ku Sayang...

Aku selalu terbangun dengan harum ini, kopi buatan Rukma yang bila aku buat sendiri tak bisa menyamai rasa harum ini. Upacara pagi yang kusuka dari Rukma, yang selalu diakhiri dengan ‘do you Love me?’yang aku tidak pernah menjawabnya meski hanya sekali. Begitulah Rukma dengan segala gerak geriknya , aku pergi ke kantor dengan semua rangakaian awalan seperti itu setiap hari tanpa jeda. Jangan Tanya kalo hari libur, Rukma akan mengadakan upacaranya lebih rumit lagi, tapi membuat aku senang-senang saja menjalaninya, nyonya rumah ini selalu punya beribu cara untuk bisa membuatku berbicara di sela sela kelelahan urusan kantor. Semacam katarsis sempurna untuk kewarasanku.

Hari ini mas Ram tidak menjawab pertanyaanku, bearti hari ini aku akan menjalani hari yang sama, Rukma tersenyum dan memulai harinya dengan riang. Rukma berhobi dengan kebun, selalu saja ada kesempatan yang disisihkannya untuk berbicara dengan tanaman yang di rawatnya. Hari ini Rukma membuat pestisida alami, karena kemarin dia melihat ada kutu putih yang menghinggapi tanamannya, pembuatan yang sederhana, campuran brotowali dan pare yang diblender halus dan kemudian dicampur dengan air, disemprotkan di tiap helai tanaman, dan senandung sayang dari Rukma, Rukma yang suka bernyanyi, berkebun dan pandai sekali dalam hal mendengarkan, kemampuannya mendengarkan segala keluhan yang membuat Ram tidak bisa lepas dari nya.

Ram dan Rukma pasangan yang sempurna untuk insan manusia, menjalani kehidupan yang rumit tapi menjadi indah, mereka menikmati kehidupan masing-masing dengan selingkuhan mereka, kehidupan yang mereka sepakati, dan tidak perlu berpura-pura satu sama lain, kehidupan yang mungkin tidak akan dipahami oleh setiap orang. Mereka tidak memerlukan pengertian orang lain.

Kereta yang ditumpangi Ram sudah tiba,  Kereta yang mengantarkan Ram menuju alasan tiap hari untuk selalu menikmati kehidupannya selain bersama Rukma, Stasiun Malang, Kota yang mengikat Ram selain Rukma, Kota yang disebut banyak orang sebagai kota Bunga dulu dan sekarang berubah menjadi kota pendidikan. Dari stasiun Ram akan dijemput oleh supir dan melanjutkan perjalanan sekitar 30 menit menuju kota Malang bagian selatan menuju daerah pedesaan yang bernama Petung  sewu. Supir Ram tidak banyak berbicara, itu membuat Ram nyaman sehingga bisa istirahat sejenak sebelum bertemu dengannya.

Petung sewu desa yang sangat indah, sesuai namanya Petung yang bearti bamboo petung, bamboo besar dan sewu bearti Seribu, Bambu seribu, desa yang memiliki bamboo hijau yang banyak, menjadikan desa itu desa yang dikelilingi oleh bamboo hijau besar. 

‘Sudah sampai ajik’ ucap Pak Man, terkaget Ram terbangun dari lamuannya, belum sempat Ram membuka pintu ada yang berteriak, ‘Ayah...!’, dengan tergesa membuka pintu tak sabar, dan memeluk Ram dengan bahagianya. Sri.. sosok lain yang memikat hati Ram,  hidup di panti asuhan DANBI BERSINAR, dengan sabar Ram memeluk dan mengajaknya bermain.
            Sri namanya, Pram bertemu dengannya saat Pram dan Rukma berdinas PTT di Kota Malang. Sri gadis yang mengalami banyak kesedihan, saat meraka bertemu kondisi sangat menyedihkan, menjadi korban kekerasan dalam orang tuanya. Sri dipaksa untuk mengemis, dan jika ada tamu yang menginginkan Sri di rumahnya, maka Sri harus melayani tamu, diusia yang belia. Sri hanya mengerti bahwa mencari uang dengan mudah dan menyenangkan hati orang tuanya adalah dengan melakukan hal demikian, untuk Sri saat itu adalah hal yang sangat lumrah sekali. Hingga kemalangan mendatangi Sri. Tamu yang diminta untuk dilayani melakukan hal yang sangat menyakitkan, dan melukai Sri luar dan dalam. Saat Sri ditemukan kondisi Sri dalam antara hidup dan mati. Saat itulah yang bertugas di IGD RS malam itu adalah Pram dan Rukma. Sri menjalani prosedur operasi berulang kali, karena luka yang dialami Sri sangat serius, dan sekarang Sri harus menggunakan kantong coclostomi. Kondisi yang akan dialami Sri selama dia hidup. Saat itu Sri berusia hanya 6 tahun.
            Selama proses pemulihan Sri trauma dengan semua orang kecuali dengan Pram, bila ditemani Pram, Sri tenang dan bisa ceria. Disitulah keterikatkan Pram dan Sri bermula. Kehidupan Pram akhirnya berubah karena Sri. Begitu pula hubungan Pram dan Rukma. Sebagai seorang dokter, Pram dan Rukma memiliki cita-cita ingin menempuh karir mereka hingga puncak, dan untuk Pram cita-cita itu harus berakhir di Sri, Pram memutuskan untuk terus merawat Sri hingga Sri dewasa. Akhirnya Pram bekerja di desa Petung Sewu di sebuah klinik yang dibangun Bersama panti asuhan DANBI BERSINAR milik keluarga Pram sendiri.
            Keputusan ini membuat Pram dan Rukma menjalani kehidupan profesi yang bereda, Rukma meneruskan hingga menjadi Spesialis Anatesi, Pram dengan dokter umumnya dan Bersama Sri. Pram sangat ingin Sri menjalani kehidupan keluarga seutuhnya, Pram berharap Rukma bisa menerima Sri sebagai anaknya juga, disela-sela buah hatinya yang akan lahir nanti.


 

1 comment:

Asyifa bercerita kembali "Mulan"

Suatu hari mulan bangun dengan tergesa gesa karena terlambat sekolah royal dan pekerjaan rumah nya belum selesai mulan menyuruh anjing nya u...