Aku selalu
terbangun dengan harum ini, kopi buatan Rukma yang bila aku buat sendiri tak
bisa menyamai rasa harum ini. Upacara pagi yang kusuka dari Rukma, yang selalu diakhiri dengan ‘do you Love me?’yang aku
tidak pernah menjawabnya meski hanya sekali. Begitulah Rukma dengan segala
gerak geriknya , aku pergi ke kantor dengan semua rangakaian awalan seperti itu
setiap hari tanpa jeda. Jangan Tanya kalo hari libur, Rukma akan mengadakan
upacaranya lebih rumit lagi, tapi membuat aku senang-senang saja menjalaninya,
nyonya rumah ini selalu punya beribu cara untuk bisa membuatku berbicara di
sela sela kelelahan urusan kantor. Semacam katarsis sempurna untuk kewarasanku.
Hari ini mas
Ram tidak menjawab pertanyaanku, bearti hari ini aku akan menjalani hari yang
sama, Rukma tersenyum dan memulai harinya dengan riang. Rukma berhobi dengan
kebun, selalu saja ada kesempatan yang disisihkannya untuk berbicara dengan
tanaman yang di rawatnya. Hari ini Rukma membuat pestisida alami, karena
kemarin dia melihat ada kutu putih yang menghinggapi tanamannya, pembuatan yang
sederhana, campuran brotowali dan pare yang diblender halus dan kemudian
dicampur dengan air, disemprotkan di tiap helai tanaman, dan senandung sayang
dari Rukma, Rukma yang suka bernyanyi, berkebun dan pandai sekali dalam hal
mendengarkan, kemampuannya mendengarkan segala keluhan yang membuat Ram tidak
bisa lepas dari nya.
Ram dan Rukma
pasangan yang sempurna untuk insan manusia, menjalani kehidupan yang rumit tapi
menjadi indah, mereka menikmati kehidupan masing-masing dengan selingkuhan
mereka, kehidupan yang mereka sepakati, dan tidak perlu berpura-pura satu sama
lain, kehidupan yang mungkin tidak akan dipahami oleh setiap orang. Mereka
tidak memerlukan pengertian orang lain.
Kereta yang
ditumpangi Ram sudah tiba, Kereta yang
mengantarkan Ram menuju alasan tiap hari untuk selalu menikmati kehidupannya
selain bersama Rukma, Stasiun Malang, Kota yang mengikat Ram selain Rukma, Kota
yang disebut banyak orang sebagai kota Bunga dulu dan sekarang berubah menjadi
kota pendidikan. Dari stasiun Ram akan dijemput oleh supir dan melanjutkan
perjalanan sekitar 30 menit menuju kota Malang bagian selatan menuju daerah
pedesaan yang bernama Petung sewu. Supir
Ram tidak banyak berbicara, itu membuat Ram nyaman sehingga bisa istirahat
sejenak sebelum bertemu dengannya.
Petung sewu
desa yang sangat indah, sesuai namanya Petung yang bearti bamboo petung, bamboo
besar dan sewu bearti Seribu, Bambu seribu, desa yang memiliki bamboo hijau
yang banyak, menjadikan desa itu desa yang dikelilingi oleh bamboo hijau besar.
‘Sudah
sampai ajik’ ucap Pak Man, terkaget Ram terbangun dari lamuannya, belum sempat
Ram membuka pintu ada yang berteriak, ‘Ayah...!’, dengan tergesa membuka pintu
tak sabar, dan memeluk Ram dengan bahagianya. Sri.. sosok lain yang memikat
hati Ram, hidup di panti asuhan DANBI
BERSINAR, dengan sabar Ram memeluk dan mengajaknya bermain.
Sri namanya, Pram bertemu dengannya
saat Pram dan Rukma berdinas PTT di Kota Malang. Sri gadis yang mengalami
banyak kesedihan, saat meraka bertemu kondisi sangat menyedihkan, menjadi
korban kekerasan dalam orang tuanya. Sri dipaksa untuk mengemis, dan jika ada tamu
yang menginginkan Sri di rumahnya, maka Sri harus melayani tamu, diusia yang
belia. Sri hanya mengerti bahwa mencari uang dengan mudah dan menyenangkan hati
orang tuanya adalah dengan melakukan hal demikian, untuk Sri saat itu adalah
hal yang sangat lumrah sekali. Hingga kemalangan mendatangi Sri. Tamu yang
diminta untuk dilayani melakukan hal yang sangat menyakitkan, dan melukai Sri
luar dan dalam. Saat Sri ditemukan kondisi Sri dalam antara hidup dan mati. Saat
itulah yang bertugas di IGD RS malam itu adalah Pram dan Rukma. Sri menjalani prosedur
operasi berulang kali, karena luka yang dialami Sri sangat serius, dan sekarang
Sri harus menggunakan kantong coclostomi. Kondisi yang akan dialami Sri selama
dia hidup. Saat itu Sri berusia hanya 6 tahun.
Selama
proses pemulihan Sri trauma dengan semua orang kecuali dengan Pram, bila
ditemani Pram, Sri tenang dan bisa ceria. Disitulah keterikatkan Pram dan Sri
bermula. Kehidupan Pram akhirnya berubah karena Sri. Begitu pula hubungan Pram
dan Rukma. Sebagai seorang dokter, Pram dan Rukma memiliki cita-cita ingin
menempuh karir mereka hingga puncak, dan untuk Pram cita-cita itu harus
berakhir di Sri, Pram memutuskan untuk terus merawat Sri hingga Sri dewasa. Akhirnya
Pram bekerja di desa Petung Sewu di sebuah klinik yang dibangun Bersama panti
asuhan DANBI BERSINAR milik keluarga Pram sendiri.
Keputusan
ini membuat Pram dan Rukma menjalani kehidupan profesi yang bereda, Rukma
meneruskan hingga menjadi Spesialis Anatesi, Pram dengan dokter umumnya dan Bersama
Sri. Pram sangat ingin Sri menjalani kehidupan keluarga seutuhnya, Pram berharap
Rukma bisa menerima Sri sebagai anaknya juga, disela-sela buah hatinya yang
akan lahir nanti.

Menyentuh
ReplyDelete