Thursday, September 17, 2020

Hope

 

Pandemi COVID19

Bagaimana ya mengatakannya? Banyak sekali korban yang terkena, segala aspek tentang manusia, perekonomian, pendidikan, kesehatan, dan yang lainnya. Pengumuman protokol kesehatan rajin di dengungkan, dengan harapan bisa segera pulih kembali, tapi... ada saja yang belum bisa menerima konsekuensi akbiat dari pandemi ini, keadaan yang memang bisa dimaklumi tapi harus segera diperbaiki agar tidak berlarut-larut.

Beberapa respon yang akan dialami manusia sebagai individu pribadi secara Psikobiologis, menurut Kubler-Ross.

1.     Denial

Penyangkalan, menyangkal fakta, menutup mata, yakin tidak terjadi apa-apa

Hal ini telah terjadi saat awal kejadian pandemi, yang saat itu baru datang kabar berita di China, Wuhan.

2.     Anger

Marah, Frustasi, sensitif, impulsif (mengambil tindakan resiko), cemas tak tentu arah.

Hal ini juga telah terjadi, panic buying, teori konspirasi, dan yang lainnya.

3.     Bargaining

Merasa kacau, sendirian, gundah, tak ada menolong, lari dari masalah.

4.     Depression (terpuruk)

Tertekan sedih, tapi mulai bisa menerima kenyataan, terbuka, bercerita dan mencari bantuan.

5.     Acceptance (menerima)

Mencari alternatif solusi, membuat rencana dan mulai kebiasaan-kebiasaan baru.

Semua orang sedang mengalami tahapan ini, baik itu yang tua, muda, remaja dan anak-anak, melewati setiap tahapannya bervariasi berbanding lurus dengan kematangan emosi, dan sistem pendukung di sekeliling.

    

    Dan saya berada di tahapan depresi menuju penerimaan, saya mencari bantuan dengan cara mengikuti kelas menulis, dan bersyukur bisa memberikan dampak yang lebih baik.

Harapan saya di tahun 2021, saya sudah dalam tahap penerimaan yang utuh. Ada banyak keinginan yang saya lakukan di tahun depan.

Harapan pandemi ini sudah menemukan bagaiman caranya untuk mencegahnya, serta berharap vaksin yang didengung-dengungkan sekarang memberikan manfaat yang besar bagi umat manusia.

Tahun 2021, saya berharap sudah tidak lagi menulis buku antologi, menulis buku solo dengan genre yang saya suka.

Berharap Sang Pemilik jiwa ini menganugerahi amanahNya, atau bila diridhio sebelum tahun 2021 saya sudah memenggangnya bertumbuh Bersama dengannya dan menjadi keluarga yang lebih ramai lagi.

Berharap di tahun 2021 sudah bisa hafal dan mengaplikasikan Surat Cinta Nya

Berharap 2021 Sang Pemilik jiwa ini melindungi selalu jiwa yang lemah ini untuk selalu bertakwa padaNya,dan berharap lebih banyak lagi berkarya untuk orang lain.

    Karena harapan itu di tengah-tengah pandemi ini saya terus memperbaiki diri dan memantaskan diri untuk bisa memenuhi harapan di tahun depan. Jika Pemilik jiwa ini tidak mengijinkan saya untuk melihat matahari 2021, dan pandemi ini mengalahkan saya, saya masih dalam perjuangan untuk memperbaiki diri. Dan saya harap semua manusia bersabar akan pandemi ini, dan terus menganyamkan doa percaya akan takdir yang baik akan selalu datang setelah badai buruk. 

"tulisan kala itu di awal pandemi"

Tuesday, September 15, 2020

Apa Kabar Satrio...

 

Apa kabar Satrio

Apa kabar Satrio senandung lirih adikku yang selalu menyenandungkan setiap hari sebagai kegiatan sehari-harinya, diiringi dengan video tentang kebersihan diri yang didapatnya dari puskesmas Yeoeuido-dong. Selanjutnya ia akan siap untuk sarapan yang menunya selalu sama setiap hari, bila tidak   maka muncullah tantrum yang mampu merusakkan suasana hatimu.

Setelahnya dia akan memintaku untuk membacakan puisi tentang Aku karya Chairil Anwar, entah dimana dia mendapatkannya, susah payah aku mengucapkannya, perlu berbulan-bulan menguasainya. Dan aku baru bisa memahami karena menggunakan Bahasa Indonesia, jika tidak maka aku tidak akan bisa berangkat kerja alias harus libur.

Satrio nama adikku, lelaki yang hidup dalam dunianya sendiri. Salah satu sisi yang bisa membuatku takjub dari adikku ini adalah kemampuannya dalam mengingat kompisisi warna, bila orang biasa harus dibantu dengan alat pengukur, selain itu kemampuannya dalam menghafal tempat. Jangan sampai kamu bermain-main dengannya soal tempat, Satrio akan memarahimuu dan mengatakan kamu pembohong. Dan umtuk memohon pengampunannya banyak sekali bujuk rayu yang harus kamu lakukan. Dan untungnya Satrio orang yang sangat pemaaf sekali.

Dia adikku, aku bangga sekali dengannya, memang dia sedikit berbeda. Tapi aku sayang dengannya. Terkadang aku suka mengganggunya dengan berpura-pura lupa sebuah tempat, dengan senang hati Satrio akan menunjukkan aku jalannya, detail dengan segala apa yang akan aku lewati sepanjang jalan. Luar biasa bukan?

Adikku Satrio, mandiri anaknya tapi selalu saja menjadi kekhawatiranku setiap hari akankah dia bisa hidup mandiri, menghidupi dirinya tanpa bantuan orang lain?

Ya Adikku dengan Autis nya.

Yang Kurindu bila pulang

Rindu dengan Surabaya, makanan ini yang selalu aku cari begitu perkesempatan pertama melangkahkan kaki keluar dari Bandara Juanda Surabaya-Sidoarjo. Biasanya aku membeli dari pedagang keliling rumah, yang menurut aku dan keluarga Rujak Cingur Bok Madura ini yang paling sedap diantara semua Rujak Cingur yang pernah aku kuliner seluruh Surabaya bahkan di Jakarta. Kerena pandemi ini, Bok sudah tidak pernah jualan lagi dan akhirnya pulang kampung. Ini bentuk kerinduan aku dengan Rujak Cingur. 

 

RUJAK CINGUR 

 

Salah satu makanan khas Jawa Timur, yang pembuatannya harus full by hand tidak bisa cepat dan harus sabar menunggunya. Semua bahannya segar dan didalamnya ada buah-buahan. Sekumpulan sayuran yang tidak bisa menunggu hari esok untuk dinikmati, begitu jadi makanan harus segera dinikmati perut.

Kenapa makanan ini menjadi sangat berbeda bila disajikan di daerah lain?

karena mereka para penjual Rujak tidak menggunakan cingur. Bahan ini adalah yang inti dari isi sayuran selain bumbu rujak itu sendiri. Cingur adalah bahasa Jawa yang diartikan sebagai hidung atau bagian atas bibir dari sapi, yah..itu benar jika di artikan secara harfiah maka jadi Rujak Bibir Sapi, tapi lebih dikenal menjadi Rujak Cingur saja.                                                               

Di daerah lain bila ada Rujak Cingur yang digunakan bukan cingur-nya tapi bagiian kulit sapi. Sehingga rasanya menjadi berbeda, selain itu pilihan sayurnya juga ada beberapa daerah tidak ada yaitu Kerahi (krai, timun khas Jawa Timur). Selebihnya beberapa daerah bisa didaptkan jenis sayurannya, seperti bengkuang, mangga muda, nanas, kedondong, tahu, tempe, taoge, kangkung, kacang panjang, bendoyo, semua diurapkan menjadi satu dengan cingur nya dan semua bahan itu bisa tidak semua dimasukkan tergantung dengan selera pembeli saja.

Bumbu untuk cingur ada cabai rawit, kacang tanah, petis udang (ini juga kunci kelezatan Rujak Cingur), gula pasir dan gula merah, irisan pisang batu/klutuhuk (pisang hijau yang banyak bijinya), bawang goreng dan tidak lupa ditambahkan garam. Semua bumbu itu diulek menggunakan tangan di tempat layah yang besar, kemudian di beri air asam sedikit untuk mengencerkan bumbu.

Saat penyajian Bok selau menanyakan apakah ingin penyajian yang isinya semua bahannya matang atau dicampur semuanya. Bila pembeli mengatakan bahan matang maka yang diikutkan di dalam bumbu hanya bahan matang saja seperti tempe, tahu, kangkung, taouge, lontong, bendoyo (kerahi yang di rebus) tanpa dimasukkan buah-buahan karena termasuk bahan mentah, dan kemudian di campur irisan cingur. Bila pembeli mengatakan semua campur, maka semuanya bahan matang dan mentah dicampurkan. Bok selalu menyajikan Rujak Cingurnya dalam bentuk pincuk (alas daun pisang) kemudian sebagai pelengkap kenikmatan diberikan kerupuk putih yang gurih rasanya. Semua orang dewasa bisa menikmatinya, tentunya harus hati-hati untuk orang denga alergi udang, karena kandungan petis adalah udang yang difermentasi.

Ada banyak tempat di Surabaya untuk bisa menikmati Rujak Cingur ini. Berberapa yang bisa dikatakan enak itu ada di Restoran Rujak Cingur JOKO DOLOG, berlokasi di Taman Apsari, ada juga yang didaerah Mall berada di Rujak Cingur Delta lantai 2 berlokasi di Plaza Surabaya. 

Monday, September 14, 2020

Gosip komunikasi tercepat

Gosip itu istilah keren di dalam masyarakat Indonesia, yang pada umunya di rajai oleh para perempuan yang isi pembicaraannya mengenai hal-hal keseharian. Seperti pada film pendek ini yang merupakan salah satu contohnya. 

Judul Film : TILIK


Sumber dari RadarCirebon

Produksi Film : Ravacana Film
Produser : Elena Rosmiesara
Penulis : Bagus Sumartono
Tahun produksi di You Tube  : 2020
Durasi film : 32 menit
Biaya Produksi : 180 Juta

Tilik merupakan film pendek produksi Ravacana Film yang peruntukkannya untuk mengikuti acara kebudayaan Yogyakarta bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Film ini bercerita tentang keseharian masyarakat Bantul  yang saling memperhatikan tetangganya, diceritakan para Ibu-Ibu  yang berkunjung (tilik) ke Rumah Sakit di Yogyakarta, untuk menjenguk Ibu Lurah karena sakit.

Cerita diawali dengan permulaan perjalanan para Ibu-Ibu yang rela naik truk untuk tilik Ibu Lurah yang sakit di Kota. Rombongan Ibu-Ibu ini naik truk di pagi hari beramai-ramai dan tidak lupa untuk menyempatkkan diri patungan uang tilik yang diberikan pada Yu Ning. Adalah Yu Sam yang mengawali berbincangan diatas bak truk, dengan Bu Tejo yang berdiri bersebelahan di bak truk. 

Yu Sam membicarakan Fikri yang merupakan anak dari Ibu Lurah, putra Bu Lurah ini mengantarkan ibunya ke Rumah Sakit bersama seorang wanita yang bernama Dian, kemudian Bu Tejo menimpali pembicaraan Yu Sum menanyakan darimana sumber berita tersebut, ternyata dari Yu Ning, Dian memberikan kabar tentang Bu Lurah melalui telepon dan Yu Ning melanjutkan kabar tersebut di pesan WhatssUp grup Ibu-Ibu, hingga akhirnya menjadikan perjalanan tilik ini di bak truk. Berawal dari itulah Bu Tejo terus membicarakan soal Dian. 

Dian ini merupakan bunga desa yang selalu jadi sorotan seluruh kampung, mulai dari pekerjaannya, dengan siapa bergaulnya dan lainnya.  Hingga sepanjang perjalanan Dian menjadi pembicaraan seluruh rombongan Ibu-Ibu. Hanya Yu Ning yang membela Dian dengan mengingatkan rombongan untuk tidak mudah mempercayai berita yang belum tentu ada kebenarannya. Puncaknya pembicaraan tentang Dian ini menjadi percekcokkan seru antara Bu Tejo dan Yu Ning. Sampai rombongan di berhentikan Polisi lalu lintas karena memakai kendaraan barang yang digunakan untuk mengangkut penumpang. Bu Tejo yang tidak terima diberhentikan oleh Bapak Polisi dan masih dibawah pengaruh emosi menumpahkan emosinya kepada Pak Polisi untuk membiarkan rombongan tilik  Ibu Lurah.

Begitu sampai di Rumah Sakit rombongan di temui oleh Dian, dan mengabarkan bahwa Ibu Lurah tidak boleh dijenguk karena masih berada di ICU. Oleh Yu Ning, Dian langsung ditegur karena tidak segera memberikan kabar soal Ibu Lurah. Rombongan yang sudah jauh-jauh akhirnya kecewa karena tidak bisa melihat keadaan Ibu Lurah. Datang lah putra Ibu Lurah Fikri yang meminta maaaf dan berterimakasih atas nama Ibunya, dan membenarkan informasi yang disampaikan Dian, bahwa ibunya belum dijenguk meskipun sudah tidak ada yang serius dan masih berada di ruang ICU. 

Yu Ning akhirnya hanya bisa memberikan uang santunan rombongan kepada Fikri, dan Bu Tejo juga memberikan komentar agar Dian selalu menjaga Fikri agar tidak terpikat dengan wanita lain. Bu Tejo juga memberi pesan kepada Fikri untuk selalu menjaga ibunya. Rombongan yang kecewa tadi oleh Bu Tejo diberi saran untuk jalan-jalan saja ke Pasar Besar karena sudah jauh-jauh datang ke Kota. 
" Dadhi uwong iku sing solutip" Bu Tejo berkata.  Dan di akhir film ada adegan yang menampilkan Dian menemui seorang lelaki tua di dalam mobil.

Keseluruhan film ini sangat bagus sekali, untuk mendidik atau tidak berpulang kembali kepada persepsi masing-masing penonton. Film ini hanyalah secuil dari keseharian masyarakat Indonesia yang diambil untuk menunjukkan salah satu budaya saling memperhatikan sesama manusia. Memberi dukungan pada keluarga yang kesusahan bagi sebagian masyarakat Indonesia ini sangatlah penting. Penyampaian bahasa dengan bahasa Jawa akan menyulitkan penonton untuk mengerti artinya. Memang terdapat subtitle di setiap adegannya, tetapi mungkin dalam setiap penonton akan lebih seru bila tanpa membaca subtitle. 

Saturday, September 12, 2020

Negeri Para Bedebah

Buku Review:
Judul: Negeri Para Bedebah
Penulis: Tere Liye

Tere Liye salah satu dari sekian buku favorit aku setelah Harry Potter. Beberapa bukunya bercerita akan isu-isu sosial, dikemas dalam bentuk penulisan fiksi yang selalu diiringi dengan plot twist yang sangat manis sekali. Bahkan di novel Negeri Para Bedebah ini, penulis menceritakan bagaimana kisruhnya sekaligus pentingnya perekonomian yang berjalan di negeri ini. Tere Liye memberikan ilmu tentang ekonomi dengan sangat ringan, yang pastinya kalo belajar di kenyataan tidak akan semudah membalikkan tangan. Karya Tere Liye ini selalu menggemaskan, novelnya dikemas sepeti tidak ada hubungan dengan novel yang lain, kenyataannya itu berhubungan. Dan luar biasanya pembaca tidak akan menyadarinya, jikalau membaca secara lepas pun tidak akan mengurangi rasa penasaran. 

Novel ini bercerita tentang seorang Penasehat Keuangan profesional dan petarung sejati bernama Thomas, yang harus menyelamatkan keluarganya. Pertempuran Thomas dengan aparat dan semua birokrasi yang ada. Belum cukup akan hal itu Thomas juga harus berurusan dengan tembak menembak, dan pekhianatan yang membuat Thomas marah dan akhirnya menjadi pembalas dendam akan kisah pilunya yang menghantuinya sejak Thomas berumur 10 tahun, kematian Papa dan Mama nya. 

Novel Negeri Para Bedebah ini menyadarkan aku, bahwa pekhianatan yang paling mungkin ada di orang dipercaya dalam kehidupan. Novel ini juga mengajarkan bagaimana pentingnya ilmu pengetahuan tentang perekonomian tidak perlu jadi ekonom tapi harus tahu bagaimana Investa yang aman. Dan kebijaksanaan Opa yang selalu diceritakan kepada Thomas itu terjadi di kehidupan ini. 

Friday, September 11, 2020

Menulis itu....

Buntu... Itu yang ada di kepalaku kalau sudah mulai disuruh menulis, apa yang mau ditulis, seolah-olah aku tidak ada kuasa menulis, menggoreskan pena saja serasa tangan ini lemah lunglai. Lalu, aku paksakan diri mengikuti pelatihan Bilik Nulis dan kelas menulis blog dan membuat blog. Di kelas Bilik Nulis pikiranku diperas dengan indahnya, dan pekerjaan membaca aku dipacu seperti perlombaan mobil F1. Aku terbawa ke dunia baru.


Menulis ternyata seperti secerewet aku mengomel. Kata yang meluncur lewat krusor gawai dan komputer lewat Microsoft word berdeta-detak begitu saja, mencetak huruf demi huruf menerjemahkan kata di dalam otak via ketikan tangan dan jempolku. Secerewet itu kecepatannya. Tiba-tiba dari jatah kata yang di ijinkan terpenuhi begitu saja. Dari jatah halaman yang disetujui juga lewat begitu saja, dan akhirnya aku harus potong dan baca sana sini,  agar bisa sesuai dengan permintaan namun masih sesuai dengan cerita yang aku inginkan.

Ternyata aku terbiasa untuk menulis, meski tidak menulis hal-hal yang aku mau, aku menulis ketika mengajari anakku belajar menulis, aku menulis ketika harus membuatkan surat cinta kepada suamiku saat berulang tahun atau saat kami merayakan pernikahan kami. Aku menulis ketika tertarik dengan resep tertentu, berikut dengan tahapan yang sulit dan penyesuaiannya sesuai dengan lidah dan orang-orang di rumah, aku menulis ketika ada ayat-ayat kitab suci yang ingin aku hafal, baik itu menghafal bersama anakku atau aku hafalkan sendiri. 

Sungguh memang menulis itu sesuatu yang harus diawali dengan nulis aja dulu, soal tema akan segera ditemukan sejurus tangan ini memutuskan menulis. Soal bagaimana kualitas tulisan nanti dulu dipikirkan, seseorang pernah mengatakan padaku... Ketika menulis pakailah jubah penulis jangan dipakai jubah editor nanti tidak jadi tulisannya, atau memakai jubah penulis dan editor dalam satu waktu bisa kecapaian sebelum huruf-huruf bisa diterjemahkan oleh jari-jari. 

Baru aku sadari ternyata aku terbiasa untuk menulis.

Wednesday, September 9, 2020

Ternyata Aku Biasa Menulis

Buntu... Itu yang ada di kepalaku kalo sudah mulai disuruh menulis, apa yang mau ditulis, seolah-olah aku tidak ada berkemampuan menulis, menggoreskan pena saja serasa tangan ini lemah lunglai. Lalu aku paksakan diri mengikuti pelatihan bilik nulis dan kelas menulis blog dan buat blog. Di kelas bilik nulis pikiranku diperas dengan indahnya, dan pekerjaan membaca aku di pacu seperti perlombaan mobil F1. Aku terbawa ke dunia baru.

Menulis ternyata seperti secerewet aku mengomel. Kata kata yang meluncur lewat krusor HP dan komputer lewat Microsoft word berdetak detak begitu saja, mencetak huruf demi huruf menerjemahkan kata di dalam otak via ketikan tangan dan jempolku. Secerewet itu kecepatan nya. Tetiba dari jatah kata yang diijinkan terpenuhi begitu saja. Dari jatah halaman yang di setujui tetiba lewat begitu saja, dan akhirnya aku harus potong sana sini, baca sana sini agar bisa sesuai dengan permintaan tapi masih sesuai dengan cerita yang aku inginkan.

Ternyata aku terbiasa untuk menulis, meski tidak menulis hal hal yang aku mau, aku menulis ketika mengajari anakku belajar menulis, aku menulis ketika harus membuat kan surat cinta kepada suamiku saat berulang tahun atau saat kami merayakan pernikahan kami. Aku menulis ketika tertarik dengan resep tertentu, berikut dengan tahapan yang sulit dan penyesuaiannya sesuai dengan lidahku dan orang orang di rumah, aku menulis ketika ada ayat ayat kitab suci ku yang ingin aku hafal, baik itu menghafal bersama anakku atau aku hafalkan sendiri. 

Sungguh memang menulis itu sesuatu yang harus diawali dengan nulis aja dulu, soal tema akan segera ditemukan sejurus tangan ini memutuskan menulis. Soal bagaimana kualitas tulisan nanti dulu dipikirkan, seseorang pernah mengatakan padaku... Ketika menulis pakailah jubah penulis jangan dipakai jubah editor nanti ga jadi tulisannya, atau memakai jubah penulis dan editor dalam satu waktu bisa kecapaian sebelum huruf-huruf bisa diterjemahkan oleh jari-jari. 

Baru aku sadari Ternyata aku terbiasa untuk menulis...

Wednesday, September 2, 2020

Kopi Ku

Kopi, Cangkir Kopi, Cangkir, Minum, Kacang, Biji Kopi 

 Kopi Ku

Pagi hari yang selalu ku nanti

Suara jerangan air panas, yang sejurus kemudian akan diiringi dengan bau harum

Kopi buatan wanitaku

Sejurus kemudian terdengar suara gemricik air tertuang dalam cangkir

Suara denting adukan sendok beradu dengan cangkir

Lembut terdengar

Memanjakan telinga ini...

Taklama kemudian akan terdengar suara desis bakaran jadah

Harum wangi campuran kelapa dan ketan memadu membelah kehingan pagi

Lalu..

Aku hanya perlu menunggu sejenak

Sejenak saja…

Sebentar lagi aku akan mendengar suara lembut

Memberhentikan segala mimpi malamku

Suara wanitaku

Hembusan nafas dengan sapaan

Selamat Pagi Mas…

Lembut suaranya  melengkapi awal pagi ini

Kopi yang selau ada untuk pagiku

Mengawali hariku dan matahariku

Tuesday, September 1, 2020

Sri ku Sayang...

Aku selalu terbangun dengan harum ini, kopi buatan Rukma yang bila aku buat sendiri tak bisa menyamai rasa harum ini. Upacara pagi yang kusuka dari Rukma, yang selalu diakhiri dengan ‘do you Love me?’yang aku tidak pernah menjawabnya meski hanya sekali. Begitulah Rukma dengan segala gerak geriknya , aku pergi ke kantor dengan semua rangakaian awalan seperti itu setiap hari tanpa jeda. Jangan Tanya kalo hari libur, Rukma akan mengadakan upacaranya lebih rumit lagi, tapi membuat aku senang-senang saja menjalaninya, nyonya rumah ini selalu punya beribu cara untuk bisa membuatku berbicara di sela sela kelelahan urusan kantor. Semacam katarsis sempurna untuk kewarasanku.

Hari ini mas Ram tidak menjawab pertanyaanku, bearti hari ini aku akan menjalani hari yang sama, Rukma tersenyum dan memulai harinya dengan riang. Rukma berhobi dengan kebun, selalu saja ada kesempatan yang disisihkannya untuk berbicara dengan tanaman yang di rawatnya. Hari ini Rukma membuat pestisida alami, karena kemarin dia melihat ada kutu putih yang menghinggapi tanamannya, pembuatan yang sederhana, campuran brotowali dan pare yang diblender halus dan kemudian dicampur dengan air, disemprotkan di tiap helai tanaman, dan senandung sayang dari Rukma, Rukma yang suka bernyanyi, berkebun dan pandai sekali dalam hal mendengarkan, kemampuannya mendengarkan segala keluhan yang membuat Ram tidak bisa lepas dari nya.

Ram dan Rukma pasangan yang sempurna untuk insan manusia, menjalani kehidupan yang rumit tapi menjadi indah, mereka menikmati kehidupan masing-masing dengan selingkuhan mereka, kehidupan yang mereka sepakati, dan tidak perlu berpura-pura satu sama lain, kehidupan yang mungkin tidak akan dipahami oleh setiap orang. Mereka tidak memerlukan pengertian orang lain.

Kereta yang ditumpangi Ram sudah tiba,  Kereta yang mengantarkan Ram menuju alasan tiap hari untuk selalu menikmati kehidupannya selain bersama Rukma, Stasiun Malang, Kota yang mengikat Ram selain Rukma, Kota yang disebut banyak orang sebagai kota Bunga dulu dan sekarang berubah menjadi kota pendidikan. Dari stasiun Ram akan dijemput oleh supir dan melanjutkan perjalanan sekitar 30 menit menuju kota Malang bagian selatan menuju daerah pedesaan yang bernama Petung  sewu. Supir Ram tidak banyak berbicara, itu membuat Ram nyaman sehingga bisa istirahat sejenak sebelum bertemu dengannya.

Petung sewu desa yang sangat indah, sesuai namanya Petung yang bearti bamboo petung, bamboo besar dan sewu bearti Seribu, Bambu seribu, desa yang memiliki bamboo hijau yang banyak, menjadikan desa itu desa yang dikelilingi oleh bamboo hijau besar. 

‘Sudah sampai ajik’ ucap Pak Man, terkaget Ram terbangun dari lamuannya, belum sempat Ram membuka pintu ada yang berteriak, ‘Ayah...!’, dengan tergesa membuka pintu tak sabar, dan memeluk Ram dengan bahagianya. Sri.. sosok lain yang memikat hati Ram,  hidup di panti asuhan DANBI BERSINAR, dengan sabar Ram memeluk dan mengajaknya bermain.
            Sri namanya, Pram bertemu dengannya saat Pram dan Rukma berdinas PTT di Kota Malang. Sri gadis yang mengalami banyak kesedihan, saat meraka bertemu kondisi sangat menyedihkan, menjadi korban kekerasan dalam orang tuanya. Sri dipaksa untuk mengemis, dan jika ada tamu yang menginginkan Sri di rumahnya, maka Sri harus melayani tamu, diusia yang belia. Sri hanya mengerti bahwa mencari uang dengan mudah dan menyenangkan hati orang tuanya adalah dengan melakukan hal demikian, untuk Sri saat itu adalah hal yang sangat lumrah sekali. Hingga kemalangan mendatangi Sri. Tamu yang diminta untuk dilayani melakukan hal yang sangat menyakitkan, dan melukai Sri luar dan dalam. Saat Sri ditemukan kondisi Sri dalam antara hidup dan mati. Saat itulah yang bertugas di IGD RS malam itu adalah Pram dan Rukma. Sri menjalani prosedur operasi berulang kali, karena luka yang dialami Sri sangat serius, dan sekarang Sri harus menggunakan kantong coclostomi. Kondisi yang akan dialami Sri selama dia hidup. Saat itu Sri berusia hanya 6 tahun.
            Selama proses pemulihan Sri trauma dengan semua orang kecuali dengan Pram, bila ditemani Pram, Sri tenang dan bisa ceria. Disitulah keterikatkan Pram dan Sri bermula. Kehidupan Pram akhirnya berubah karena Sri. Begitu pula hubungan Pram dan Rukma. Sebagai seorang dokter, Pram dan Rukma memiliki cita-cita ingin menempuh karir mereka hingga puncak, dan untuk Pram cita-cita itu harus berakhir di Sri, Pram memutuskan untuk terus merawat Sri hingga Sri dewasa. Akhirnya Pram bekerja di desa Petung Sewu di sebuah klinik yang dibangun Bersama panti asuhan DANBI BERSINAR milik keluarga Pram sendiri.
            Keputusan ini membuat Pram dan Rukma menjalani kehidupan profesi yang bereda, Rukma meneruskan hingga menjadi Spesialis Anatesi, Pram dengan dokter umumnya dan Bersama Sri. Pram sangat ingin Sri menjalani kehidupan keluarga seutuhnya, Pram berharap Rukma bisa menerima Sri sebagai anaknya juga, disela-sela buah hatinya yang akan lahir nanti.


 

Asyifa bercerita kembali "Mulan"

Suatu hari mulan bangun dengan tergesa gesa karena terlambat sekolah royal dan pekerjaan rumah nya belum selesai mulan menyuruh anjing nya u...